kita
semua terpapar dengan pestisida pada dasarnya yang berketerusan.
Makanan yang kita makan, terutama buah dan sayuran segar, mengandung
residu pestisida. The National Academy of Sciences (NAS) tahun 1987
mengeluarkan laporan tentang pestisida dalam makanan. Pada dasar data
dalam penelitian, resiko potensial yang diberikan oleh pestisida
penyebab kanker dalam makanan kita lebih dari sejuta kasus kanker
tambahan dalam masyarakat Amerika selama hidup.
Karena sekitar 30 macam
pestisida karsinogen terdapat dalam makanan kita, dan selama ini belum
menyebutkan potensi pemaparan terhadap pestisida karsinogen dalam air
minum
Jenis Pestisida dan potensi bahaya bagi kesehatan manusia
No Jenis Pestisida Jenis Penggunaan Potensi Bahaya Pada Kesehatan Manusia
1 Asefat Insektisida Kanker, mutasi gen, kelainan alat reproduksi
2 Aldikard Insektisida Sangat beracun pada dosis rendah
3 BHC Insektisida Kanker, beracun pada alat reproduksi
4 Kaptan Insektisida Kanker, mutasi gen
5 Karbiral Insektisida Mutasi gen, kerusakan ginjal
6 Klorobensilat Insektisida Kanker, mutasi gen, keracunan alat reproduksi
7 Klorotalonis Fungisida Kanker, keracunan alat reproduksi
8 Klorprofam Herbisida Kanker, mutasi gen, pengaruh kronis
9 Siheksatin Insektisida Karsinogen
10 DDT Insektisida Cacat lahir, pengaruh kronis.
Sumber : Pesticide Action Network (PAN) Indonesia
Badan yang bekerja sebagai pemantau atas pestisida untuk melindungi konsumen (FDA
/The foot and Drug Administration), menyatakan lebih dari 110 pestisida
yang berbeda terdeteksi dalam semua makanan ini antara 1982-1985. Dari
25 pestisida yang terdeteksi lebih sering, 9 telah diidentifikasi oleh
FDA sebagai penyebab kanker, disamping potensi bahaya lainnya. Pada
musim panas 1985, hampir 1000 orang dibebrapa negara bagianWilayah Barat
dan Kanada keracunan oleh residu pestisida Temik dalam semangka.
Dalam
2-4 jam setelah memakan semangka yang tercemar, orang akan mengalami
rasa mual, muntah, pandangan buram, otot lemah dan gejala lain. (Masih
untung), tidak ada yang meninggal, biarpun kebanyakan korban dalam
kondisi parah. Masih ditempat yang sama laporan juga menyebutkan adanya
serangan gangguan hebat, jantung tak teratur, sejumlah orang
dirumah-sakitkan, dan paling kurang 2 bayi lahir mati. Tahun 1986,
kira-kira 140 kandang sapi perah di Arkansas, Oklahoma dan Missouri
dikarantina karena tercemar oleh pestisida terlarang heptaklor.
WHO
(World Health Organisation) memperkirakan bahwa setengah juta kasus
keracunan pestisida muncul setiap tahunnya, 5000 orang diantaranya
berakhir dengan kematian.
Pada akhir tahun 1980 dilaporkan bahwa
jumlah keracunan pestisida di dunia dapat mencapai satu juta kasus
dengan 20.000 kematian per tahun.
Dr. Nani Djuangsih dalam
penelitiannya tahun 1987 di beberapa desa di Jawa Barat menemukan residu
DDT dalam Asi sebanyak 11,1 ppd didaerah Lembang. Demikian pula
penelitian muthahir yang dilakukan Dr. Theresia membuktikan masih
detemukan turunan DDT sebanyak 0,2736 ppm dalam ASI di daerah
Pengalengan.
Dampak secara tidak langsung dirasakan oleh manusia,
oleh adanya penumpukan pestisida di dalam darah yang berbentuk gangguan
metabolisme enzim asetilkolinesterase (AChE), bersifat karsinogenik yang
dapat merangsang sistem syaraf menyebabkan parestesia peka terhadap
perangsangan, iritabilitas, tremor, terganggunya keseimbangan dan
kejang-kejang (Frank C. Lu, 1995).
Hasil uji Cholinesterase darah dengan
Tintyometer Kit yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur
terhadap tenaga pengguna pestisida pada tahun 1999 dari 86 petani yang
diperiksa 61,63 % keracunan dan 2000 sebanyak 34,38 % keracunan dari
lokasi yang berbeda. Sulistiyono (2002), pada petani Bawang Merah di
tiga kecamatan di Kabupaten Nganjuk Jawa Timur, ditemukan petani yang
terpapar pestisida kategori berat 5 orang dan ringan 83 kasus dari 192
responden
Pestisida dapat merusak keseimbangan ekologi
Dinamika pestisida dilingkungan yang membentuk suatu siklus, terutama jenis pestisidayang persisten. Penggunaan pestisida oleh petani dapat tersebar di
lingkungan sekitarnya;
air permukaan, air tanah, tanah dan tanaman.
Sifat mobil yang dimiliki akan berpengaruh terhadap kehidupan organisme
non sasaran, kualitas air, kualitas tanah dan udara.
Kondisi tanah
di Lembang dan Pengalengan Jawa Barat berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Dr. Theresia (1993) sudah tercemar pestisida. Di daerah
Lembang, contoh tanah yang diambil dari sekitar ladang tomat, kubis,
buncis dan wortel, mengandung residu organoklorin yang cukup tinggi.
Penggunaan pestisida dan tertinggalnya residu dapat sangat menurunkan
populasi hewan tanah.
Dibandingkan dengan besarnya kandungan residu
pestisida dalam tanah, kandungan pestisida dalam air memang lebih
rendah. Meskipun demikian hasil penelitian membuktikan bahwa telah
terjadi pencemaran di lingkungan perairan akibat pestisida. Contohnya
ialah kematian 13 orang di Aceh Utara akibat mengkonsumsi tiram (Ostrea
culcullata) yang tercemar pestisida. Pencemaran itu menurut Kompas 10
Mei 1993 berasal dari tambak udang yang menggunakan Brestan untuk
membunuh siput dan hama yang memakan benur.
Lingkungan perairan yang
tercemar menyebabkan satwa yang hidup di dalam dan sekitarnya turut
tercemar. Ini dapat dibuktikan dari penelitian Dr.
Therestia tahun 1993,
ia menemukan kandungan Organoklorin dalam tubuh ikan sebanyak 0,0792
ppm di Lembang dan 0,020 ppm di Pengalengan. Selain itu terdapat residu
organofosfat sebesar 0,0004-1,1450 ppm di wilayah tersebut.
BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional) tahun 1982 sudah melaporkan bahwa ikan,udang dan kepiting di Delta Cimanuk Jawa Barat tercemar oleh derivat
DDT. Air dan Lumpur tanah liat pun tercemar dengan Diazinon dan Thiodan.
Penelitian yang lebih intensif, dilakukan oleh Proyek Penelitian
Pengembangan Sumberdaya Air dan Pencemaran Perairan Air Tawar menemukan
bahwa semua badan air tawar yang diteliti di Jawa Barat mengandung
pestisida dengan jumlah berkisar 0,1-6,0 ppm dari 4 jenis Organofosfat
dan 1 karbamat yang dianalisis, dan badan-badan air tawar di bagian
Indonesia lainnya, seperti di Sumatera, Sulawesi dan Bali hampir
tercemar seluruhnya
Peranan pestisida dalam sistem pertanian sudah
menjadi dilema yang sangat menarik untuk dikaji. Berpihak pada upaya
pemenuhan kebutuhan produksi pangan sejalan dengan peningkatan
perumbuhan penduduk Indonesia, maka pada konteks pemenuhan kuantitas
produksi pertanian khususnya produk hortikultura pestisida sudah tidak
dapat lagi dikesampingkan dalam sistem budidaya pertaniannya.
Mengingat
penciptaan social culture yang telah tercipta sedemikian rupa oleh
pemerintah tahun 1980-an dengan subsidi biaya penggunaan pestisida dan
pendewaan pestisida sebagai penyelamat produksi dan investasi petani.
Hingga saat ini ketergantungan petani terhadap pestisida semakin tinggi
untuk menghasilkan kuantitas dan cosmetic appearance produk, hal ini
disebabkan oleh kesimbangan ekologis yang sudah tidak sempurna (populasi
hama tinggi musuh alami semakin punah).
Di pihak lain penggunaan
pestisida membawa bencana yang sangat hebat terhadap kesehatan petani
dan konsumen akibat mengkonsumsi produk hortikultura yang mengandung
residu pestisida. Menurut WHO setiap setengah juta kasus pestisida
terhadap manusia, 5000 diakhiri dengan kematian. Dampak lain yang tidak
kalah pentingnya adalah timbulkan pencemaran air, tanah dan udara yang
dapat mengganggu sistem kehidupan organisme lainnya di biosfer ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 1993. Prinsip-prinsip Pemahaman Pengendalian Hama Terpadu.
Konsep Pengendalian Hama Terpadu. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan
Direktorat Bina
Perlindungan Tanaman.B.I. Jakarta
Bimas, 1990. Surat Keputusan Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendali BIMAS.
Faedah, A. Gayatri, Koesnadi dan Y. Chan, 1993. Awas pestisida “Ngendon” dalam Makanan Kita.
Majalah Terompet (Teropong Masalah Pestisida), Edisi IV Jakarta : Pesticide Action
Network (PAN)- Indonesia.
Frank C. Lu. 1995, Toksikologi Dasar (Azas, Organ Sasaran dan Penilaian Resiko) Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia
Kompas, Feb. 1994. Buah Impor Mengandung Pestisida Terlarang
Pimentel D.,D. Khan (ed), 1997. Environment Aspects of “Cosmetics Satandard” Of Foods and
Pesticides. “Tecniques for Reducing Pesticide Use”. New York: John Wiley and
Sons Ltd.
Riza V.T. dan gayatri. 1994. “Ingatlah Bahaya Pestisida” Bunga Rampai “Residu Pestisida dan Alternatifnya” PAN- Indonesia.
Smith, R.F. 1978. The Role of Pesticide in the Concept of Managemant, in Pesticide Management in
South Eas Asia. Proc. SEA Workshop on Pesticide Management, 1977. Bangkok,
Thailland. P. 47 –51.
Sulistiyono, 2002. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Bawang Merah
dalam Penggunaan Pestisida. (Kasus di Kabupaten Nganjuk Propinsi Jawa
Timur). Thesis Program Pascasarjana. IPB
Sumarwoto, et al. 1978. Residu Pestisida dalam Hasil Pertanian, Seminar Pengendalian Pencemaran Air.
Untung K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Posting Komentar